Photobucket

Sabtu, 01 Oktober 2011

Burung Gereja Yang Malang

“Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6)

 Musim kemarau yang panjang sudah tiba. Tampak seekor burung gereja begitu kepanasan, sehingga ia memutuskan untuk terbang ke utara mencari tempat yag dingin. Semakin jauh terbang, semakin burunggereja itu merasakan hawa dingin dan sejuk. “Ah, aku ingin lebih dingin lagi,” pikirnya. Maka ia pun meneruskan perjalanannya semakin ke utara lagi. Begitu seterusnya, hingga tanpa disadarinya butiran-butiran salju mulai menempel pada wajah dan seluruh tubuhnya. Ia baru menyadari bahwa tubuhnya sudah terbungkus salju ketika sayapnya mulai terasa berat untuk digerakkan. Semua sudah terlambat, ia tak mungkin lagi kembali.

 Tak lama kemudian burung gereja itu jatuh ke tanah. Tubuhnya terbungkus salju tebal. Ia merintih menahan dingin, tetapi ia tak berdaya melakukan sesuatu. Ia tinggal menunggu ajal menjemputnya. Seekor sapi yang melintas di tempat itu sayup-sayup mendengar rintihan lemah si burung gereja. Ia mencari arah datangnya suara rintihan itu, tetapi ketika melihat bahwa yang datang adalah seekor sapi, burung gereja yang sekarat itu malah marah  dan membentak si sapi serta menyuruhnya pergi, “Apa yang bisa kamu lakukan untukku, sapi bodoh?” katanya. Tanpa memperdulikan sikap burung gereja, sapi itu kencing tepat di atas tubuh burung gereja. Tak ayal lagi si burung gereja berang kepada si sapi. Ia marah dan memaki-maki. Aksi si sapi tidak selesai sampai disitu, ia mengeluarkan kotorannya di atas tubuh burung gereja. Karena tertimbun kotoran sapi, burung gereja tidak dapat berbuat apa-apa. Tak lama kemudian, ia mulai merasakan kehangatan dan butiran-burtiran salju mulai meleleh. Sampai akhirnya ia menarik napas lega. Ia mengepak-ngepakkan sayapnya dan bersiul-siul sangat keras. Mendengar siulan burung, seekor kucing menghampirinya, menjilat dan membersihkan sisa-sisa salju yang melekat di tubuhnya. Sungguh girang bvurung gereja tesebut mendapatkan sahabat sebaik di kucing dan ia pun kembali bersiul-siul. Namun tanpa di duga-duga, dengan sekejap si kucing menyambar burung gereja dan memakan tubuhnya.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini adalah, bahwa kita harus memiliki kepekaan di dalam membaca situasi mau pun memilih teman. Ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menjebak dan membawa kita jatuh ke dalam dosa, walau pun hal itu tidak terlihat membahayakan. Rasul Pauluas berkata, “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33). Sebagai orang-orang percaya kita harus mempunyai panca-indera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat. (Ibrani 5:14). Begitu pula dalam hal memilih teman. Mintalah hikmat untuk merngetahui mana orang yang benar-benar tulus dan mana yang hanya berpura-pura. Dengan demikian kita dapat menghindari kerugian yang mungkin terjadi. Kiranya Roh Kudus memberikan kepekaan kapada kita agar kita dapat membedakan nama yang baik dan mana yang jahat, sehingga hidup kita selalu memuliakan Allah.Amen

  











BANGKIT SETELAH JATUH MEMANG BAIK, TETAPI LEBIH BAIK MENGHINDARI BATU YANG AKAN MEMBUAT KITA JATUH

Tidak ada komentar: