“Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.” (Amsal 20:3)
Seorang ayah ingin mendidik anaknya yang pemarah. Ia memberi 1 buah palu
dan 10 buah paku serta mengatakan, “Setiap hari, bila engkau marah,
‘pakukan’ sebuah paku di tembok kamar tidurmu. Tetapi pada hari engkau
dapat menahan amarahmu ‘cabut’ sebuah paku yang telah engkau pakukan di
tembok.”
Secara bertahap, akhirnya si anak menyadari bahwa lebih mudah menahan
marah daripada memakukan paku ke tembok. Dua minggu telah berlalu, dan
si anak memberi tahu bahwa semua paku telah tercabut.
Ayahnya mengajak si anak ke tembok yang pernah di paku tersebut dan
berkata,”Anakku, kau telah berhasil meredam amarahmu. Tetapi, lihatlah
lubang bekas paku pada tembok ini. Tembok ini tidak kan pernah bisa
seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan dan
kebencian, kata-katamu akan meninggalkan bekas seperti lubang bekas paku
di hati orang yang mendengarnya. Tidak peduli berapa kali kau meminta
maaf, luka itu tetap ada dan membekas di hatinya.”
Betapa banyak kita melihat orang-orang Kristen yang tidak bisa
mengendalikan dirinya, sehingga membuat luka hati pada orang lain.
Kemarahan, bahkan kebencian dapat merusak kehidupan. Kiranya renungan
pendek ini membuat kita waspada dan mau mengintrospeksi diri, apakah
kita yang mengaku diri sebagai orang Kristen, dapat menampakkan citra
Kristus di dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari? Marilah kita
senantiasa mohon pimpinan Roh Kudus, sehingga di dalam keadaan dan
kondisi apapun juga yang dapat memicu kemarahan dan kebencian kita
terhadap sesama, kita disadarkan untuk dapat mengendalikan diri dengan
penuh kesabaran dan rendah hati.Amen.
= = = = = = = = = = = =>>
(Yakobus 1:20)"..., sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah."