Photobucket

Kamis, 29 September 2011

PAKU YANG TERTANCAP

“Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.” (Amsal 20:3)


 Seorang ayah ingin mendidik anaknya yang pemarah. Ia memberi 1 buah palu dan 10 buah paku serta mengatakan, “Setiap hari, bila engkau marah, ‘pakukan’ sebuah paku di tembok kamar tidurmu. Tetapi pada hari engkau dapat menahan amarahmu ‘cabut’ sebuah paku yang telah engkau pakukan di tembok.”

Secara bertahap, akhirnya si anak menyadari bahwa lebih mudah menahan marah daripada memakukan paku ke tembok. Dua minggu telah berlalu, dan si anak memberi tahu bahwa semua paku telah tercabut.

Ayahnya mengajak si anak ke tembok yang pernah di paku tersebut dan berkata,”Anakku, kau telah berhasil meredam amarahmu. Tetapi, lihatlah lubang bekas paku pada tembok ini. Tembok ini tidak kan pernah bisa seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan dan kebencian, kata-katamu akan meninggalkan bekas seperti lubang bekas paku di hati orang yang mendengarnya. Tidak peduli berapa kali kau meminta maaf, luka itu tetap ada dan membekas di hatinya.”

Betapa banyak kita melihat orang-orang Kristen yang tidak bisa mengendalikan dirinya, sehingga membuat luka hati pada orang lain. Kemarahan, bahkan kebencian dapat merusak kehidupan. Kiranya renungan pendek ini membuat kita waspada dan mau mengintrospeksi diri, apakah kita yang mengaku diri sebagai orang Kristen, dapat menampakkan citra Kristus di dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari?  Marilah kita senantiasa mohon pimpinan Roh Kudus, sehingga di dalam keadaan dan kondisi apapun juga yang dapat memicu kemarahan dan  kebencian kita terhadap sesama, kita disadarkan untuk dapat mengendalikan diri dengan penuh kesabaran dan rendah hati.Amen.
= = = = = = = = = = = =>>
  
(Yakobus 1:20)"..., sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah."



Tidak ada komentar: